
ANAK PRA-SEKOLAH DAN ANAK SEKOLAH
Perkembangan
jasmani dan psiko-motorik
Sampai dengan Gestaltwandel
pertama(Zeller,1952; Hetzer,1961) sekitar 6 tahun terlihat bahwa badan anak
bagian atas lebih lamban berkembangnya daripada badan bagian bawah. Sesudah
Gestaltwandel pertama bila anak sudah mencapai bentuk anak sekolah maka ia akan
lebih menyerupai bentuk orang dewasa. Dalam keseluruhannya maka keadaan jasmani
anak menjadi lebih stabil dan lebih kuat.
Sesudah
Gestaltwandel pertama, pertumbuhan badan menjadi agak lambat. Pada umur 6 tahun
keseimbangan badannya relatif berkembang baik, anak makin dapat menjaga
keseimbangan badannya. Juga berkembang koordinasi mata-tangan yang dibutuhkan
untuk membidik, menyepak, melempar dan menangkap.
Gerakan-gerakan
motorik sekarang makin tergantung daripada aturan formal dan aturan yang sangat
banyak dilakukan oleh anak makin berkurang pada masa akhir ini. Hal yang perlu
selalu dibicarakan adalah gejala bentuk badan dan dianggap mempunyai hubungan
yang langsung dengan beberapa sifat kepribadian tertentu. Sheldon membuat
pembagian ke dalam 3 macam tipe, yaitu tipe endomorf
(pendek dan gemuk), ektomorf(panjang
dan kurus) dan mesomorf(urat-urat
daging kuat dengan proporsi yang baik). Verdonck menemukan adanya hubungan
antara tipe konstitusi tubuh tadi dengan tingkah laku tertentu.
Emansipasi
karena pendidikan formal
sejak lama kriteria bagi anak
untuk dapat diterima di sekolah dasar adalah “kemasakan” dahulu sebelum ia
diterima di sekolah dasar. Anak baru bisa diterima bila ia sudah mencapai umur
7 tahun. Kriteria umur ini sebetulnya mencakup kriteria lain yang juga
berhubungan dengan kemasakan, yaitu:
1.
Anak harus dapat kerjasama dalam kelompok dengan
anak-anak lain.
2.
Anak harus dapat mengamati secara analiti.
3.
Anak secara jasmaniah harus sudah mencapai bentuk anak
sekolah.
Moore (lihat Pines, 1969) menciptakan mesin tulis yang
dapat bicara dan mempelajari anak membaca pada umur 3 tahun. Di Nederland juga
diusahakan untuk anak-anak pra sekolah untuk diberi pelajaran membaca. Namun
mempelajari anak membaca sebelum waktunya juga mempunyai segi-segi negatifnya,
miosalnya:
1.
Seringkali anak diberi pelajaran membaca pada waktu
sangat muda melulu untuk memuaskan kebanggaan orang tuanya, jadi tidak demi
kepentingan anaknya.
2.
Kalau anak mengerti bahwa ia sudah menguasai apa yang
dipelajari di kelas satu hal itu akan bisa menurunkan motivasi belajarnya dan
menyebabkan sikap yang negatif terhadap tugas-tugas yang harus dilakukannnya.
Di Indonesia telah ada laporan mengenai penggunaan NST di
Bandung dan menghasilkan sebagai berikut:bahwa pada kriteria yang pokok yaitu:
1. Penyesuaian
sosial
2. Kemampuan
kerja
3. Sikap
mandiri anak-anak yang dikenakan tes, diketemukan sikap mandiri memperoleh skor
yang angat rendah.
Hal yang
perlu diperhatikan ialah bahwa pendidik harus berusaha untuk menolong anak
sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bila hal ini dipakai sebagai
patokan,maka sekaligus ada jaminan bahwa tiap anak dapat melanjutkan
emanisipasinya. Dalam emanisipasi membutuhkan sistem pelajaran yang
memperhatikan anak secara individual,bila individualisasi tidak ada,maka anak
sukar untuk menemukan identitas dirinya.
Perkembangan sosial dan kepribadian
Perkembangan
sosial dan kepribadian mulai dari usia pra sekolah sampai akhir masa sekolah
ditandai oleh meluasnya lingkungan sosil.Anak mulai melepaskan dirinya dari
keluarga.Meluasnya lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak
menjumpaipengaruh-pengaruh yang ada di luar pengawasan orang tua.Perkembangan
motif prestasi dan identitas kelamin sangat penting tetapi juga perkeembangan
pengertian norma (Plaget moralitas).
Interaksi dengan anak-anak sebaya
Di
antara usia 10 dan 14 tahun timbullah kelompok yang ada organisasinya,dengan
aturan-aturan dan perjanjian-prjanjian.
Hartup
menemukan bahwa kebanyakan penelitian mengenai pengaruh timbal balik dilakukan
pada anak-nak sekolah.Pada penelitian-penelitian dalam Taman
Kanak-kanak,misalnya mengenai tingkah laku agresif dan Altruistik ternyata
bahwa belajar model menempati tempat yang penting.
Plaget
mengemukakan adanya hubungan yang kurvelinier antara konvornisme dan
umur,artinya konvormisme makin bertambah dengan bertambahnya usia sampai
permulaan masa remaja,sesudah itu menurun.Puncak kurvei ada di antara 9 dan 15
tahun penyebaran 6 tahun menunjukkan bahwa sukar untuk menentukan batas umur
yang tetap.Dapat diduga bahwa sebenarnya bukan faktor umum yang
penting,melainkan lebih penting adalah keadaan keliling,jenis kelamin dan sifat
tingkah laku yang digunakan untuk meneliti konvornisme itu.
Anak
yang tertua lebih mudah berpengaruh oleh norma-norma kelompok dibanding
adik-adiknya. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut:
1.
Anak-anak sulung diduga diduga menerima pendidikan yang
lebih berubah-ubah dibanding dengan adik-adiknya.
2.
Anak-anak sulung lebih menerima perlindungan.
Konfornisme lebih ditentukan faktor-faktor situasional
dari pada oleh sifat-sifat kepribadian anak.
Suatu tinjauan yang penting mengenai tingkah laku agresif
telah dilakukan oleh Petterson (1967). Dalam penelitian dilihat sampai berapa
jauh anak-anak pra-sekolah saling mempengaruhi tingkah laku agresif.
Sebagian
besar tingkah laku timbul dengan cara menirukan,belajar model dan oleh
reinforsemen dari pihak teman-teman sebayanya.
Spontanitas versus sikap terkontrol
Harditono
(1967) menemukan bahwa sikap spontan atau tidak spontan anak-anak prasekolah
mungkin dipengaruhi oleh sifat suatu kebudayaan tertentu. Pada penelitian
terhadap anak-anak suatu taman kanak-kanak di jawa diketemukan bahwa kelompok
anak-anak tersebut memepunyai sikap yang cukup terkontrol pada usia yang mereka
seharusnya masih spontan.